KORAN-PIKIRAN RAKYAT- Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Purwakarta Purwanto mendukung larangan karya wisata dan penjualan lembar kerja siswa (LKS) di sekolah. Untuk menambah penghasilan guru, dia mendorong mereka untuk meningkatkan kompetensinya, terutama guru honorer. ”Selanjutnya, kesejahteraan mereka, harus terus diupayakan. Mereka mendapatkan sertifikasi melalui PPG (Program Pendidikan Profesi Guru) agar mendapatkan tambahan penghasilan, karena honor mereka dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah) sangat minim,” katanya, Senin 17 Februari 2025. Purwanto menilai, peningkatan kompetensi guru merupakan kunci pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian, dia bertekad untuk terus memberikan edukasi dan advokasi untuk para guru, termasuk honorer. Sebagai kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Purwanto juga mendorong kolaborasi yang lebih baik antara pemerintah daerah dengan PGRI. Tujuan utamanya, menjadikan PGRI sebagai mitra utama dalam membangun kualitas pendidikan di daerah. ”PGRI harus bersinergi dan berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk menciptakan guru-guru yang berdaya, memiliki kompetensi yang kuat, baik secara fisik, sosial, pedagogik, kepribadian, maupun profesionalisme,” ujarnya, seusai ditetapkan kembali sebagai ketua PGRI Purwakarta, dalam Konferensi Kabupaten Purwakrta akhir pekan lalu. Purwanto kembali terpilih untuk periode 2025-2030, setelah menyelesaikan ketua PGRI Purwakarta pada periode sebelumnya. Selain pemilihan pengurus baru, acara lima tahunan itu juga diisi evaluasi pengurus, penyusunan program kerja untuk periode mendatang, hingga rekomendasi terkait debgab guru dan pendidikan. Salah satu perhatiannya, larangan karya wisata dan penjualan LKS oleh guru di sekolah. ”Guru pakai LKS menjadi indikator guru malas. Study tour harus dikembalikan kepada maknanya, bukan piknik,” ucapnya. Alih-alih menjual LKS atau menyelenggarakan karya wisata yang kurang bermuatan edukatif, menurut dia, para guru dituntut untuk mendapatkan penghasilan di luar sekolah
Kerja sampingan Salah seorang guru yang sukses mendapatkan penghasilan tambahan di luar mengajar adalah Jalu Rohanda. Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri berstatus pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) itu membuat les musik dan bermain untuk grup musik. Dia mengaku mengajar les atau kursus musik, seusai jam belajar-mengajar di sekolah, mulai pukul 16.00. Kegiatan tersebut dilakukan hampir setiap hari kerja, sedangkan selama akhir pekan, diisi dengan jadwal tampil bersama bandnya di berbagai daerah di Indonesia. ”Kalau mengandalkan gaji, nilainya cukup-tak cukup, apalagi sekarang tidak boleh berbisnis di dalam pendidikan. Tidak boleh menjual LKS, tidak boleh menjual bahan-bahan ajar. Jadi, saya memilih bekerja sampingan di tempat les dan main musik wedding dan event musik di luar,” kata Jalu. Dia menyarankan kepada para guru untuk aktif membuat konten menarik di sosial media pribadi. Pendapatan dari media sosial juga memiliki peluang yang besar untuk para guru di sekolah